Andai ada wadah menempatkan rasa cinta yang ‘tersendiri’ itu, mungkin nirwana sudah meletakkannya sejak dulu...
Begitulah,... enam tahun lalu, aku masih ingat bagaimana Nirwana berujar padaku soal betapa kagumnya dia pada seseorang, “Dia baik, senang memberiku barang-barang bagus dan suka mentrakirku makan, serta mengajakku jalan-jalan”
ya rencana awal dia hanya ingin morotin seorang lelaki ‘mata keranjang’ yang lalu berketerusan dari kenalan, menjadi teman, teman berbagi suka dan duka, teman cerita, teman curhat, alih-alih berubah jadi sahabat.
Antara lelaki dan perempuan ‘kurang’ orang yg mampu menganggap sebagai sahabat, kemudian benih-benih cinta mulai tumbuh... disiram, di pupuk dan di buatkan pagar.
Nirwana mulai jatuh cinta pada lelaki itu.
Tak ada yang salah, persoalan benar dan salah tidak ada dalam rasa cinta.
Cinta itu timbul karena terbiasa. Terbiasa bersama...
yaa..Nirwana hanya wanita biasa, yang lemah dan tidak bisa menguatkan iman saat lelaki itu menyentuh lubuk hatinya yang paling dalam.
Persoalan cinta tidak mengenal kuat dan lemah. Persoalan cinta bukan perkara hukum. Yang bisa di adili dan di doktrin bersalah...
Nirwana tidak salah jika ia jatuh cinta pada lelaki itu,.
Nirwana tidak menginginkan perasaannya mendalam sedalam lautan india pada lelaki itu, Nirwana tidak salah menyukai setiap saat kebersamaan mereka, Nirwana tidak salah menginginkan pelangi setelah hujan selesai.
Nirwana tidak salah...
Hanya saja...
Setiap rasa cinta punya “rasa” dan “khasiat” berbeda-beda...
Yang salah hanyalah waktu!
Mengapa baru “saat itu” mereka dipertemukan?
Mengapa baru saat ada wanita lain dalam kehidupan lelaki itu mengapit kisah mereka?
Seorang wanita yang telah berikrar janji dan berijab kabul di hadapan Tuhan dengan lelaki itu
Mengapa baru “saat itu” mereka dipertemukan?
Mengapa baru saat ada hati kecil yang dibagikan membaur dalam kisah mereka?
Malaikat-malaikat kecil yang telah disambut ke dunia yang dijanji untuk dibesarkan dengan kasih sayang lelaki itu
Yang salah hanya waktu...
Begitulah,... enam tahun lalu, aku masih ingat bagaimana Nirwana berujar padaku soal betapa kagumnya dia pada seseorang, “Dia baik, senang memberiku barang-barang bagus dan suka mentrakirku makan, serta mengajakku jalan-jalan”
ya rencana awal dia hanya ingin morotin seorang lelaki ‘mata keranjang’ yang lalu berketerusan dari kenalan, menjadi teman, teman berbagi suka dan duka, teman cerita, teman curhat, alih-alih berubah jadi sahabat.
Antara lelaki dan perempuan ‘kurang’ orang yg mampu menganggap sebagai sahabat, kemudian benih-benih cinta mulai tumbuh... disiram, di pupuk dan di buatkan pagar.
Nirwana mulai jatuh cinta pada lelaki itu.
Tak ada yang salah, persoalan benar dan salah tidak ada dalam rasa cinta.
Cinta itu timbul karena terbiasa. Terbiasa bersama...
yaa..Nirwana hanya wanita biasa, yang lemah dan tidak bisa menguatkan iman saat lelaki itu menyentuh lubuk hatinya yang paling dalam.
Persoalan cinta tidak mengenal kuat dan lemah. Persoalan cinta bukan perkara hukum. Yang bisa di adili dan di doktrin bersalah...
Nirwana tidak salah jika ia jatuh cinta pada lelaki itu,.
Nirwana tidak menginginkan perasaannya mendalam sedalam lautan india pada lelaki itu, Nirwana tidak salah menyukai setiap saat kebersamaan mereka, Nirwana tidak salah menginginkan pelangi setelah hujan selesai.
Nirwana tidak salah...
Hanya saja...
Setiap rasa cinta punya “rasa” dan “khasiat” berbeda-beda...
Yang salah hanyalah waktu!
Mengapa baru “saat itu” mereka dipertemukan?
Mengapa baru saat ada wanita lain dalam kehidupan lelaki itu mengapit kisah mereka?
Seorang wanita yang telah berikrar janji dan berijab kabul di hadapan Tuhan dengan lelaki itu
Mengapa baru “saat itu” mereka dipertemukan?
Mengapa baru saat ada hati kecil yang dibagikan membaur dalam kisah mereka?
Malaikat-malaikat kecil yang telah disambut ke dunia yang dijanji untuk dibesarkan dengan kasih sayang lelaki itu
Yang salah hanya waktu...
Post Comment
Post a Comment