Sore hari, di hari yang sama saat Mappassili, sehari sebelum hari H pihak keluargaku di utus untuk "Muntuli Korongtigi" yang artinya mereka diminta mendatangi rumah imam dusun, imam desa, dan kepala Desa untuk diserahkan daun pacar atau leko' korongtigi sebagai bentuk permintaan izin bahwa malam nanti akan ada acara korongtigi dirumah keluarga kami. keluargaku kesana memakai baju adat dan membawa bosara yang diisi dengan aneka macam kue tradisional sebagai balasan pemberian Kepala desa setempat. kedatangan tersebut juga bisa dimaksudkan sebagai undangan agar kepala desa dan imam dusun hadir kerumah untuk ikut mendoakan agar mempelai pengantin wanita memperoleh berkah.
Korongtigi atau Mappacci ini adalah Adat yang harus dilakukan dan merupakan rangkaian perayaan pernikahan :) dengan penggunaan simbol-simbol yang sarat makna akan menjaga keutuhan keluarga dan memelihara kasih sayang dalam rumah tangga. “Mappacci” berasal dari kata “Pacci”, itu tuh daun yang dihaluskan untuk penghias kuku, mirip bunyinya dengan kata “paccing” artinya bersih atau suci. Melambangkan kesucian hati saya sebagai calon pengantin untuk menghadapi hari esok, khususnya memasuki bahtera rumah tangga meninggalkan masa gadis saya sekaligus merupakan malam yang berisi doa.
sebenarnya, menurut kabar yang berkembang dikalangan generasi tua, prosesii korontigi ini sudah mereka warisi secara turun-menurun dari nenek moyang keluarga yang berdarah Gowa Sulawesi Selatan, bahkan sebelum kedatangan agama Islam dan Kristen di tanah Bugis-Makassar. Oleh karena itu, kegiatan ini sudah menjadi budaya yang mendarah daging dan sepertinya sulit dipisahkan dari ritual perkawinan Bugis-Makassar. malam koorngitigi saya memilih pakaian adat yang berwarna hijau yang kata ummi memang sudah jadi warna kewajiban kalau malam korongtigi calon pengantin memakai warna hijau.tapi ada sedikit debat kemarin saya sama ummi, saya kurang suka dengan yang namanya warna hijau :D hehehehh tapi alhamdulillah ummi dan tante dapat anrong bunting (Tetua adat pengantin) dan salonnya punya baju adat pengantin makassar yang berwarna hijau tapi saya suka hehehhehe... jadilah malam itu....
tapi sebelum upacara adat korongtigi dimulai terlebih dahulu ada acara khatam Quran. yang dimana saya dihadapan para pemuka adat di dusun tempat tinggal saya membaca ayat suci AlQuran.tepat pukul 20.00 wita ganrang pa'balle mulai di tabuh kembali, pertanda seluruh rangkaian upacara adat malam itu, dimulai
setelah khatam Quran selesai, barulah acara inti korongtigi dimulai saya sudah dibawa keluar kamar dan naik di pelaminan. Adapun peralatan dan perlengkapan ‘Mappacci’ terdiri dari : Bantal, Sarung, daun pisang dan daun nangka. ada juga beras yang digoreng kering hingga mekar melambangkan harapan kiranya calon pengantin ini akan mekar berkembang dengan baik, bersih dan jujur. .
Sementara, Bantal (Pallungang) merupakan simbol kemakmuran. Pengertian khususnya sebagai pengalas kepala yang artinya penghormatan atau martabat, dalam bahasa Makassar disebut “Mappakalakbiri”. Mengenai Sarung (Lipa) yang disusun 7 lembar, maksudnya ialah sebagai penutup tubuh (harga diri) juga karena sarung dibuat dari benang yang ditenun helai demi helai melambangkan ketekunan dan keterampilan. Menurut cerita dahulu kala jika mencari calon isteri, si pria tidak perlu melihat secara langsung si gadis tapi cukup dengan melihat hasil tenunannya, rapi atau tidak ?. Bila tenunannya rapi dan bagus maka pilihan pria akan jatuh pada gadis tersebut. Tujuh lembar melambangkan hasil pekerjaan yang baik. Dalam bahasa Makassar “Tujui” yang mirip dengan kata “Mattujui” artinya berguna.
Untuk Daun pisang (Leko’ Unti), dilambangkan sebagai kehidupan yang sambung menyambung. Daun yang tua belum kering betul, daun muda telah muncul untuk menggantikan dan melanjutkan hidupnya. Dalam bahasa bugis disebut “Maccolli Maddaung” dan Daun nangka, (bugis = “Dau’ Panasa”), mirip dengan bunyi “Minasa” yang berarti cita – cita yang luhur. kemudian lilin dari lebah, ini melambangkan suluh (penerang) dan kehidupan lebah artinya tata kehidupan bermasyarakat yang kita lihat dalam kehidupan lebih terlihat rukun, baik, tidak saling mengganggu satu sama lain. Artinya hendaknya menjadi suri tauladan dalam kehidupan bermasyarakat
susunan acara korongtigi ini simple saja, seluruh keluarga dan tamu yang hadir, satu persatu dipanggil kepelaminan untuk mem-paccing telapak tanganku, kemudian mendoakanku. Setelah semua tamu yang ditetapkan telah melakukan acara ‘Mappacci’ maka kemudian keluarga intiku (papa ummi dan adik-adikku) bersama – sama mendoakan agar pernikahan besok direstui oleh Yang Maha Kuasa agar kelak saya dan calon suami dapat menjadi suri tauladan karena martabat dan harga diri yang tinggi.
ada juga teman-teman hadir ikut mendoakan, bahagianya diriku malam itu :) Ahamdulillah Subhanallah. dan tidak tertinggal juga deg-deg-annya hatiku menanti hari esok, menantikan kedatangan calon suamiku untuk akad nikah dan mengucap ijab kabul dihadapan papa. (Tapi nunggu nya sambil tidur yah... heheheheh) :p
documentation by dblurphoto.com - @choexMan
edited by me