Assalamualaikum wr.wb
aaarghhh... sebulan gak nge blog? Apa yang terjadi? Hihi... sebulan yang lalu alhamdulillah saya diberikan lagi kado, hadiah yang berupa amanah dari Allah Subhana Wa Ta'ala. Putra kedua saya lahir dengan selamat dan sehat lewat jalan persalinan normal.
Rasanya saya merasa bersalah terlambat menuliskan tentang cerita kelahirannya di blog saya, kalau abangnya tahun lalu begitu selesai aqiqah langasung saya ngeposting cerita kelahirannya. Mungkin karena kini kesibukan jadi bertambah, saya tetap harus memperhatikan abangnya yang masih berusia 10 bulan. Meskipun ada nenek umminya yang menjaga tapi sebagai mamanya saya tetap mengingatkan jam makannya, jam minum susu, mandi, dan tidurnya. Disamping itu ya menimang dedeACO dan menyusuinya.
Orang bilang kehamilan kedua dengan jarak yang dekat dengan anak pertama akan beresiko ini itu terhadap janin. Sempat saya parno sama informasi itu, tapi alhamdulillah ada beberapa teman yang kian menyemangati biar saya tidak sampai stress menghadapinya :D "ah ndak juga ji Qiah, banyak ji yang hamil jarak dekat tapi sehat-sehat semua anak-anaknya kok".
Itu yang harus saya sugestikan ke dalam diri saya. Selain itu kehamilan kedua juga katanya proses melahirkannya mudah dan lancar saja. TAPI tentang pendapat itu saya tidak bisa SEPAKAT loh... kenapa? Karena saya merasa tidak demikian mudahnya looohhh!!! Kalau saya, malah kebalikannya :)
Jadi ceritanya begini, pagi itu 4 hari setelah kontraksi palsu yang saya alami, (13 Mei) saya mengantar suami ke depan pintu, suami pagi itu berencana melakukan perjalanan ke Kota parepare untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya. Suami baru tiba dari Jakarta kemarinnya. Setelah salim, kemudian saya masuk kamar untuk menidurkan abangZAM di ayunan. Selang beberapa menit mengayun, abangZAM juga sudah tertidur, saya merasakan ngilu dan nyeri bersamaan dibelakang panggul saya. Saya otomatis menegakkan badan untuk meredakan ngilu dan nyerinya. Beberapa menit hilang sudah rasa nyeri dan ngilunya. Tapi beberapa menit kemudiannya, terasa lagi.
Saya usap-usap panggul saya dan merasa agak nyaman. Hitungan saya sih tiap 10 menit rasa ngilu dan nyerinya reda dan muncul lagi. Sampai saya akhirnya memilih rebahan dan tidur karena berpikir mungkin kontraksi palsu lagi. Dari jam 9 tadi sampai jam 11 masih terasa seperti itu, malah makin sakit. Saya akhirnya memanggil ummi untuk membantu mengusap-usap panggul saya. Saya merintih kesakitan tiap sakitnya datang. Nenek dan tante melihat, memeriksa dan bertanya, kemudian langsung bilang "Ini tanda sudah mau melahirkan ini kalau sakit begini, tembus kebelakang sakitnya."
Dibawalah saya ke RSIA Sitti Khadijah jam 12 siang itu, dan diperjalanan tetap merasakan terus sakit berjeda, yang lazimnya dikenal dengan istilah "Kontraksi". Kali ini kontraksi asli karena sakitnya puluhan kali lipat daripada saat kontraksi palsu kemarin.
Begitu sampai di IGD Rumah Sakit, saya tidak langsung dibaringkan, malah disuruh duduk dimeja registrasi dan ditanya-tanyai mengenai berkas kelengkapan. Untungnya berkas saya sudah ada duluan di lemari IGD yang suster ambil. Tapi tetap kepala penjaga IGD terus berbicara tentang harga kamar yang tersedia untuk pasien BPJS. Bahkan saat saya kesakitan kontraksi masih tetap ditanyai tentang persetujuan ini itu. Malah disuruh tandatangan berkas. Padahal disitu ada tante saya yang sebenarnya bisa mewakili tapi kepala penjaga IGD ngotot harus saya yang tandatangan.
Saat dibaringkan dan diperiksa dalam, ternyata saya sudah bukaan empat. Tapi belum ada lendir atau darah yang keluar. "Nanti saya periksa lagi ya bu tiap tiga jam untuk cek bukaan, ini sudah bukaan empat." Kata dokter muda yang bertugas jaga, sambil tersenyum ke arah saya dan tante.
"Kira-kira jam berapaan bisa dibawa ke ruang bersalin dok?" Tanya tante. Dokter muda penjaga IGD itu kemudian menjelaskan, "Tidak bisa dipastikan bu, karena kontraksi tiap ibu hamil berbeda durasinya, tapi ya kalau saya perkirakan mungkin magribh insyaAllah."
Jadi saya hanya diminta rebahan menghadap ke kiri, katanya biar aliran darah terus mengalir ke jabang bayi, dan juga biar cepat ada bukaan selanjutnya.
Saat berbaring itu saya baru sempat menelpon suami, padahal suami masih diperjalanan. Jadi begitu suami sampai di tujuannya, di gedung pernikahan sahabatnya, cuma salaman dan dia langsung bertolak kembali ke Makassar siang itu. Selama menunggu suami, kontraksi terus terjadi. Sakitnya bukan main, saya tidak bisa menuliskannya :))
Jam 16.00 wita akhirnya suami tiba di IGD. Ini memang anak kedua tapi pertamakali melahirkan ditemani suami kali ini. Dengan wajah khawatir, lelah, dan tegang, suami menghampiriku, menggenggam tanganku, sembari tetap memasang senyum dan tawanya. Mungkin untuk menghiburku ya. "Sayang... kita ingatja?" Etdahh... suami sampe bertanya seperti itu, apa karena melihat saya sudah sembrawutan, mata bengkak karena menangis merasakan sakit yang tidak bisa diredam dan ditahan. Jelas saya tidak bisa menjawab dan membalas tawanya, malah tangannya saya tepis, kemudian minta panggulku di usap-usap saja. Dengan pengertian, Suami tetap menggenggam tangan saya dan meminta saya untuk istighfar setiap kali kesakitan. sebenarnya seorang istri ketika hendak menjalani proses persalinan, wajib untuk meminta maaf kepada Suami, mertua, dan kedua orangtua kandungnya. Saya menggenggam tangan suami dengan erat, sambil menatapnya saja, tapi suami sudah mengerti, terlihat dari caranya mentap saya, dalam. Kemudian mengangguk pelan.
Sampai magribh dan menjelang isha, saya belum juga dibawa keruang bersalin, yang terjadi selama itu hanya kontraksi terus menerus. Di rumah, Ummi dan Papa tak berhenti menelpon bertanya kabar, mereka cuma bisa menelpon, tak ikut ke Rumah Sakit karena menjaga abangZAM di rumah. Dokter sudah dua kali datang memeriksa dalam, dan katanya masih bukaan enam, menunggu lagi. Semenjak itu, lendir mulai banyak keluar, dan sakit yang saya rasakan juga makin luarrrrr biasaaaaa!! Saya sempat emosi,
"Tanteee,, mana kah ini dokternya, periksa ka dulu kenapa lama sekali???" Saya kalang kabut, cemas sendiri, bagaimana tidak?, memang sih ini anak kedua, sudah dua kali mengalami hal yang sama. Tapi sungguh! proses melahirkan anak pertama kontraksinya tidak se-lama ini.
Sudah lewat 8 jam dan masih dibukaan enam. Sambil terus merintih kesakitan, saya terus meminta suster memanggil dokter yang menangani saya sewaktu checkup kehamilan kemarin, tapi yang datang malah bidan. Bu bidan itu meminta saya untuk tetap berbaring menghadap kiri, melihat raut wajah saya yang sepertinya kesal dan marah terhadapnya, Bu bidan itu langsung bilang, "Tunggu lagi ya Ibu, ini normal ji, biarkan bayinya berusaha sendiri cari jalan lahirnya." Dengan ekspresi datarrrrrr!!! Saya bisa tenang sedikit, tapi entah kenapa tetap kesal rasanya. Jadi saya agak membentak dengan bbilang, "Tapi kenapa tidak diperiksa-periksa? USG ki dulu sempat ada apa-apa" Waktu itu saya memang punya pikiran seperti itu, rasanya saya terlalu dibiarkan saja begini. Kan bisa saja bayi saya mengalami kesulitan, indikasi atau apalah namanya yang menyebabkan lamanya kontraksi dan bukaan.
Saya seperti tidak didengarkan, Bu bidan itu malah berbicara dengan tante, dan meminta suami saya untuk meminumkan saya teh kotak, katanya biar nanti ada tenaga saat tiba waktunya berkuat. Bu bidan pun keluar ruangan. Seiring dengan terasanya kembali sakit kontraksi, saya mau mengamuk juga. Tapi genggaman tangan suami mengembalikan saya ke alam sadar, istighfar... istighfar...
Jam 22.00, periksa dalam... sudah masuk bukaan 8, saya sudah dibawa ke ruang bersalin memakai kursi roda. Sampai diruang bersalin, Sakitnya terasa ratusan kali lipat, dan rasanya seperti mau BAB. Berteriak dong yah sayanya. Tangan suami saya putar, saya gencet keras-keras, demi meredam sakitnya, tapi hanya sugesti. Tetap saja saya kesakitan terus. Perintah-perintah suster dan bidan sudah tidak mau saya dengar lagi, saya tidak mau baring kiri. Lelah!!! Jadi saya duduk dan bersandar, agak nyaman terasa. Melihat itu, Bu bidan geleng-geleng kepala, "Ibu... memang enak kita rasa kalau kita duduk begitu, tapi bikin tambah lama lagi bukaan bu... baring kiri ki bu biar cepat ada bukaan!" Ungkapnya dengan nada kesal. Bu bidan dibantu sama tante dan suami untuk memberi saya pengertian. Akhirnya kembali baring kiri.
Saat kembali diperiksa dalam, bukaan 9! Tante sempat meminta Bu bidan untuk sengaja memecahkan ketuban saya, "Tusuk saja langsung ketubannya, gimana?" Tanya tante pelan. Bu Bidan tidak mau! katanya dengan begitu bakalan mempersulit bayi saya untuk keluar nantinya. "Harus memang ditunggu sendiri bu...". Jelas Bu bidan.
Satu jam kemudian, PLASSSHHHH... !!!
Saya yakin itu ketuban saya yang pecah!!! YAKIN!!! "Tantee... panggilmaki Bidannya, pecahmi ketubanku!!!"
Bidan datang, memeriksa, "iya ibu ini bukaan sudah lengkap, tapi..." bicaranya terhenti, tangannya masih memeriksa didalam, alisnya berkerut. "Tapi kepalanya bayi ta masih tinggi..." Bu bidan memindahkan tangannya ke atas perutku, mendorong-dorong. Bersamaan dengan itu saya teriak karena kesakitan luarrrrr biasaaa!!!
Dua orang suster dan satu lagi Bidan melangkah cepat ke arahku, "Ibu jangan berkuat sebelum diminta ya..." perintahnya dengan nada tegas. Pandangan mata kuarahkan ke langit-langit kamar bersalin, menggema suara dzikir tante dan tangan suami kulepas... proses melahirkan sudah dimulai! Perintah berkuat satu kali...
Dua kali...
Tiga kali...
Refleks satu Bidan naik ke sampingku, menggencet perutku, mendorongnya dengan keras, sambil saya diperintah kembali berkuat lebih lama... kurasakan nafasku sudah mau habis.
Istighfar, Takbir, Tahmid, dzikir, semua kulayangkan... kulangitkan dalam hati. Kalau nafas berkuat ini adalah nafas terakhirku... aku ikhlaskan semuanya Ya Rabb.
"Subhanallah...."
"ALLAHU AKBAR..."
"La ilaha illallah..."
Suara-suara itu, teriakan-teriakan itu... saat itu saya hampir kehilangan kesadaran...
"OOOO...KODONG... Lailahaillallah... terlilitki tali pusar... Allahu akbar... Allahu Akbar..."
Suara teriakan tante yang juga terdengar merintih.
bersamaan dengan itu, terdengar suara tangisan... saya masih sadar, "Alhamdulillah" batinku. Belum sempat saya mengarahkan pandangan, Bayiku sudah diletakkan didadaku langsung. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) namanya. Begitu bayi lahir, langsung diletakkan didada ibunya selama satu jam, Tangisnya terhenti. Bayiku langsung tenang. Saya menyentuhnya, memeluknya pelan. Ajaib, saya langsung merasa fresh :)) yah walaupun airmata belum berhenti mengalir. Tau-tau saya sudah selesai di jahit. Lahiran kedua ini, jumlah jahitan yang saya dapat LUMAYAN lah ya. Hahaha! Karena dedeACO ini besarrr, berbeda dengan abangnya yang hanya 2.55kg.
Suami menghampiri, mengusap dan mencium keningku. Kudengar dari cerita Tante, suamiku tidak berhenti bertanya, "Kapanpi baru berhenti sakit?", dan pertanyaannya itu dijawab dengan senyum tawa tante, "melahirkanpi baru berhenti sakit." Dan juga sepupuku yang tak sengaja melihat mata suamiku berkaca-kaca, menangis di pojok ruangan. Hehe mendengar itu saya senyum sendiri, pun terharu. Setelah salam ke dedeACO, sebagai ayahnya, suami menggendong dan meng-adzani langsung putra kedua kami.
Saya tidak kuasa menahan bendungan airmata rindu terhadap anak saya yang pertama itu. Langsung saya peluk dia erat, sambil saya mewek terus. Bagaimana tidak?, ini pertamakalinya saya pisah satu malam dengannya, apalagi besok dan besoknya lagi masih harus pisah dulu, karena maaih harus menginap di Rumah sakit Bersalin ini, aaahhh... sedih! Si abang memandangi saya dengan wajah cerianya, "ma...ma..ma..mbaaaaa..." celotehnya, sambil memiringkan kepalanya dan malah mengajak cilukba :D
First meet abang dan adiknya, abang mungkin belum mengerti apa-apa yaa. Soalnya setiap melihat adiknya itu dia maunya meremas, sarungnya ditarik-tarik, bahkan tangannya melayang ke wajah adiknya. Bahaya! Hahaha.
MasyaAllah :)
Benar ya, setiap kehamilan dan proses melahirkan yang kita jalani, berneda-beda sensasinya.
Anak pertama dan anak kedua.
39 Minggu yang tak tergantikan...
Saat berada dalam satu hembusan nafas...
Dalam satu detak...Berbagi kehidupan dalam secuil ruang!
Kemarin, rahimku menjadi satu-satunya tempat teraman bagimu nak...
Ketika, sedihku pun membuatmu resah.
Ketika, senyumku pun membuatmu tenang.
Dalam setiap gerakan, kamu berkata.
Dalam setiap gerakan, kamu mencoba memberi makna...
Sampai saat dimana ragamu siap hadir ke dunia...
Pecahnya ketuban, Mulasnya kontraksi, merasakan sakit luar biasa selama 12 jam lamanya, itu Menjadi rasa ternikmat bagiku!
Karena itu sebenarnya adalah waktu dimana aku kedua kalinya akan menjadi wanita seutuhnya... waktu dimana aku merasa diberkahi lebih.
Dalam penggalan-penggalan nafas yang terus berjuang, Segala doa terlantun.
Kali ini baru terasa nyawaku ku pertaruhkan disini. Demi kamu, Anakku!
Detik itu, dimana tangisanmu dan tangisanku menandakan kemenangan besar...
39 Minggu yang tak tergantikan...
Allahu Akbar !
Ahlan wa sahlan fiddunya dedeACO.
Mama, abang, dan ayah akan selalu ada untukmu. Insyaa Allah.
Ahlan wa sahlan fiddunya dedeACO.
Mama, abang, dan ayah akan selalu ada untukmu. Insyaa Allah.
Merinding bacanya...
ReplyDeleteSekali lagi selamat Qiah
Luarbiasa mirip verita sy bersama sang istri
ReplyDeleteaduh! jadi ikut tegang dan kesakitan... btw, selamat datang dede Aco. cakepnya taua ada mi foto selfienya bisa mi bikin instagram.
ReplyDeleteSelamat Mak. Semoga menjadi anak yg soleh ya
ReplyDeleteMembaca tulisannya serasa merasakan kembali persalinan pertama & kedua saya..atiitttt bo! Hahaa..
ReplyDeleteterimakasihhhhh semuaaa.. :)
ReplyDelete@Eryvia Maronie: hehehe moment luaaaarr biasa kak ^0^ btw kak kita normal semua di'tiga ...
ReplyDelete@Ida Basarang: bakal tiba saatnya versi kak ida nanti hehehe ya dendeee.. :p hihihih
ReplyDeleteIni sama kasusnya dengan anak sulungku. Dia terlilit tali pusar 3 kali, tercekik-cekik ki lehernya. kehamilanku waktu itu lama sekali, sampe masuk 42 minggu dan harus diinduksi. Kalo diinduksi, waduh sakitnya na'udzu billah Qiah ... karena dipaksa ki' kontraksi. Prosesnya lebih cepat tapi sakitnya berlipat2 :D
ReplyDeleteAnak ke-2 dan ke-3ku alhamdulillah lebih lancar, semuanya berkalung tali pusar tapi beda2 sensasinya hehehe
BArakallah ya Dede Aco ... moga jadi anak shalih
Naah, bagus mi ada komen begininya :D
Ihihih iya kak mugniar ... saya anak pertama yang di induksi karena tdk ada sy rasa sakit yg keluar cm darah.. cepat memang kak di' kontraksinya tp wadddoooohhhhhhhhh hahah tdk bs diungkap sakitnya. Hihih
DeleteIye kak akhirnya pasangma komen bawaan blogspot inih hahahay. Makasih kak :*
Wahhh selamat Kak ^^ jadi ratu dikelilingi 3 lelaki :p
ReplyDeleteIyaaaaa dwii hihihi .. cantik sendiri nih dalam keluarga hohohohhohoho,,
Deletedwi udah masuk terimester dua ya? Udah ketahuan blm kelaminnya? Selamat menikmati masa kehamilan yaaa.. sehat2 selaluu :*
Luar biasa pengorbanan seorang IBU
ReplyDeleteIkut tegang Qi bacanya, alhamdulillah dek ACO hebat :)
ReplyDeleteDede Aco, ntar kalo besar jangan suka marah2 sama bunda yaahh.. ta'lilit pake tali pusarmu. Beratnya itu bunda lahirkan ko.. hiks hiks.. *lalu mampir makan di Holycow*
ReplyDeletebarakallah, semoga jaid anak soleh..
ReplyDeleteTerimakasiihhh semuaa :)
ReplyDeletebtw kak @Vita Masli: kapaaann gang ayok lagiii kakss hihih ajakka nah kalo ga puasamaq, soalnya saya bisanya siang ji keluar., busui ga puasa hahhawkkwahha
Barakallah...selamat ya mak Qiah, berasa punya anak kembar jadinya ya. Abang Zam sm dede Aco jaraknya deketan..
ReplyDeleteWogh, merinding dan berkaca-kaca ketika membacanya.
ReplyDeleteSelamat kak!
terimakasihhh mbakk @Ika Puspitasari: haha iya nih mbak banyak yg bilang gitu, kayak kembar aja nanti hhihi..
ReplyDeleteteehehehhehe terimakasih @iQko:
ReplyDeleteSubhanallah... Aku menghayati betul setiap kalimatnya. Begitu besar perjuangan seorang ibunya untuk melahirkan anak, secara normal pula. Jadi rindu ibuku :')
ReplyDeleteiyaa mbak hildaaa, kalau udah ngelahirin , kita jadi gak pengen nyakitin hati ibu sedikit pun :)
ReplyDelete@Zilqiah Angraini:
ReplyDeleteQiah, anak pertama & ke dua sy brojol normal.
Waktu Baby F baru deh di-cezar.
Dan ternyata lebih enak normal, pemulihanx cepat
Selamattt makkk....
ReplyDeleteitu enak keruang bersalinnya nae kursi roda...
kemaren aku disuruh jalan :v
aku jugaaa mak diminta jalan, atpi aku gak mau
ReplyDeleteaku nya temperament hahahah minta kursi roda .
Makasih ya mak icha ^^
Hebatnya mama zam.. g bisa komen cuma mau bilang hebat ta kakak.. :)
ReplyDeleteHebatnya mama zam.. g bisa komen cuma mau bilang hebat ta kakak.. :)
ReplyDeleteSebenernya bacanya sampe mewek jg ya, saya nunggu proses lahiran anak kedua.. tp bahasa daerahnya mommy, bikin senyum2 sndiri dan dalam hati saya ngikutin cara ngomong mommy.. hihihi
ReplyDelete