Assalamualaikum wr.wb
Mau posting cerita tentang pertamakali lebaran di kampung halaman suami nih. Sudah hampir dua tahun menikah tapi belum pernah lebaran bersama keluarga suami di rumah mertua, di kota Parepare. Dan juga baru kali ini merasakan namanya mudik. Secara ya kan saya bukan perantau, domisili juga disini-sini aja haha.
Saat ayahzam tiba di Makassar dari Jakarta, tanggal 11 waktu itu di Gowa dulu, nanti tanggal 15 baru mudik ke Parepare bareng abangzam. Saya diminta Ummi bawa anak satu aja, jangan dua-duanya, soalnya gak ada yang bisa ikut bantu jagain. Jadi saat itu saya memilih membawa abangzam, selain saya gak bisa dan enggan meniggalkan abangzam selama seminggu, saya juga mau mengenalkan abang dengan sepupu-sepupunya di Parepare, kalau di Gowa, abangzam belum punya sepupu (ya saya kan anak pertama dan baru saya yang menikah) heheh. Sudah saatnya abangzam berbaur bermain bersama dengan kesepuluh sepupunya di Parepare.
Saat berangkat saya sempat di sarankan ummi, bilang bawa dede Raja saja karena kalau abang ribet, harus dibikinin bubur, ditemani main seharian, merangkak kesana-kemari dan sebagainya, sedangkan dedenya ya masih anteng suka tidur. Tapi kan ya bisa lah dong saya mamanya. Saya tau ummi dan papa sebagai nenek dan datok abangzam agak sedih dan sedikit tidak rela, cucu pertamanya yang sedang lincah-lincahnya itu tidak berlebaran bersama. Tapi untung ada si dede Raja yang lumayan menghibur mereka hehehe.
Saat diperjalanan menuju Parepare, abangzam alhamdulillah tidak rewel, ayahnya menyuruh kami duduk dibelakang saja, abang dincarseat dan saya disampingnya. Tapi ya carseat berubah fungsi jadi alat manjat bagi abang haha!! Kalau abang bosan main dimobil, abang anteng duduk santai dipangkuanku, apalagi kalau pacifernya (empeng*) sudah dimulut, di dogengkan atau diceritakan sesuatu, abang pasti tertidur. Sampai di Parepare, abang minum susu dan segar baru bangun tidur. Masuk ke rumah disambut Bapak aji dan Mama aji juga puang Nani.
Tapi si abang tidak mau ke gendongan siapa-siapa loh! Dalam hati saya bilang "aaaak, gawat ini, ballassi saya" Haha!!! Tapi sebenarnya memang sudah menduga seperti itu, kalau selama disana, abang pasti cuma mau sama mama dan ayahnya saja. Malamnya abang lumayan pintar bobo, cuma makannya tidak dihabiskan. Yang penting susunya diminum lah.
Keesokan paginya, kami mengantar mama aji ke Pasar belanja persiapan masakan lebaran. Lalu ayahnya bawa kami jalan-jalan ke pantai mattirotasi sambil keliling-keliling juga, mutar di pantai Lumpue.
Akhirnya abang ketemu Maharani, sepupunya yang lebih tua tiga bulan dengannya. Mereka main bersama, awalnya mereka saling heran-heranan dulu, tapi pas mainan dihamburkan, mereka langsung main bareng. Tapi ya abang agak pelit sama sepupunya. Mainannya dipinjam dia malah teriak. Ugh! Kemudian agak bisa anteng saat main sama kakak Qadri yang lincah juga. Mungkin karena sama-sama cowok jadi saling tau selera ya main yang agak ekstrem sedikit. Haha!
Malam tiba, takbiran menggema, abang bobo seperti biasa dan alhamdulillah hari kedua, makannya habis terus. Walaupun masih belum mau digendong sama siapa-siapa selain saya dan ayahnya. Malam takbiran di Parepare berlangsung sederhana saja, ada sih pawai takbir keliling seru juga meski tak semeriah di kota besar.
Pagi itu abang juga bangun cepat, lalu saya memandikannya airhangat, abang heran kenapa cepat sekali dia dimandiin sama mama padahal biasanya mandi jam sembilan :P untungnya tempat kita sholat ied tidak jauh, masjid nur ihsan, dekat rumah. Kakak ipar sudah ambil tempat duluan dilantai dua.
Sayangnya saya gak bisa ikutan sholat ied, bukan karena sedang berhalangan tapi karena jagain abang! Mama mertua bilang gak bisalah saya sholat, abang nanti nangis dan nanti suara tangisnya mengganggu kekhusyukan jamaah sholat ied. Jadi ya saya duduk saja sambil menjaga abang, walaupun mukena terpasang tapi saya cuma bisa jagain abang.
Usai sholat ied, bertemu dengan seluruh keluarga suami, semua kakak-kakak ipar saya dan sepupunya abangzam pada datang kerumah berkumpul. Ayahzam enam bersaudara dan dia paling bungsu.
Kakak pertamanya, Kak Haerul Mannan, yang punya anak dua. Perempuam semua, sudah remaja. Kemudian kak Marwani Mannan, belum berkeluarga, yang ketiga Marliani Mannan, kak Lily punya anak tiga laki-laki semua dan masih kecil-kecil semua. Yang keempat Marwin Mannan, punya anak tiga perempuan dua, satu laki-laki. Ke lima kak Marlina Mannan punya anak tiga, satu lakilaki.
Nah kak Marlina ini tinggal di Sidrap, hari itu tidak datang kerumah, rencananya kami semua yang mau ke Sidrap untuk sekalian lanjut ziarah kubur. Perjalanan ke Sidrap memakan waktu satu jam dari Parepare. Ba'dha dhuhur kami langsung jalan. Semua keluarga berziarah kubur dulu didaerah Kadidi. Tapi saya, keponakan dan kakak ipar tidak ikut ziarah kubur, di drop di rumah kerabat yang dekat dari perkuburan, disana kita makan siang. Yang khas dari suku Bugis kalau lebaran itu adalah Tape hitam. Hampir semua warga pasti membuat tape saat berlebaran. Di Gowa mana ada! Saya lupa foto tapenya hiks.
Sehabis dari Kadidi, kami lanjut ke Pangsid (Pangkajene Sidrap) rumah kakak ipar, Kak Marlina. Disana abangzam istirahat, ganti baju dan makan. Kami pulang selepas magribh. Senang melihat abangzam ceria bermain sama sepupunya.
Sekian dulu cerita idulfitri 1436H dari saya, yang telat banged ya hehehhe.. Tapi kan masih suasana halal bi halal ya.. Juga Katanya kan tak apa terlambat daripada tidak sama sekali ohohohho.
Taqabballalahi minna waminkum
Minal aidin walfaidzin
Mohon maaf lahir dan bathin
Salaam.
Mardiansyah's family.