Teruntuk para ibu yang masih memiliki balita, pun jarak usianya yang berdekatan ...
Teruntuk para ibu yang sering melampiaskan kemarahannya pada anak, dan kemudian menyesal setelahnya, lalu esok harinya, mengulanginya kembali...
Gemuruh dalam dada saya ketika melihat abangzam mencakar-cakar adiknya, sekaligus memukul wajah adiknya, kemudian menjambak rambutnya. Dengan spontan saya memisahkan mereka, mendorong abangzam dan membentaknya dengan suara keras, "Kenapa kasih begitu adek??!!" Abangzam tersungkur, saya tidak memperhatikan wajahnya, dia juga langsung menangis sambil saya memeluk adiknya, mengusap kepalanya dan meniup bekas cakarnya.
"Bundaaa...huaaaaaaa,, bundaaaaaa... aaaaaaaa... " teriak dan rengek abangzam sambil mengikuti saya ke kamar, dia berusaha mendapat perhatian saya kembali. Abangzam menarik baju saya, saya dengan ketus menghempas tangannya. Saya sedang berusaha mendiamkan tangisan adiknya, abangzam juga tak berhenti menangis.
Tangis adiknya mulai reda. Saya berbalik ke arah abangzam yang masih menangis meraung-raung, dan "JESSSSSSSs...." rasanya tulang-tulang saya seperti dilolosi satu persatu saat melihat wajahnya. Dia menangis karena saya bentak dan saya dorong, Ya Rabb... gemetar hati ini karena menyesal.
Kupeluk tubuh kecilnya, kemudian saya yang menangis... !
Mungkin diantara kita semua, ada yang pernah mengalami kejadian yang sama dengan saya, ketika anak mulai menunjukkan kelakuan yang membuat kita marah. Marah dan marah-marah memang dua hal yang berbeda, emosi seorang ibu memang naik turun. Belum lagi kalau mood sedang tidak beres, anak bisa jadi sasaran kekesalan seorang ibu.
Saya tau itu hal yang salah, sebagai ibu, bisa dibilang saya selalu ingin kenyang teori, banyak artikel tentang parenting yang saya baca, seminar-seminar yang tiketnya ratusan ribu saya beli dan saya hadiri. Tapi tetap saja... menerapkan teori selalu lebih sulit. Saya masih tidak bisa meredakan emosi pada saat menghadapi perilaku abangsam dan Maraja yang menjengkelkan. Saya menegur anak bukan karena ingin meluruskan kesalahan, tetapi karena ingin meluapkan amarah dan kejengkelan. Namun saya juga berjanji, akan terus-menerus belajar meredakan emosi saat menghadapi anak, utamanya saat menghadapi perilaku mereka yang membuat ingin berteriak dan membelalak.
Sekali lagi, betapa pun sulit dan masih sering gagal, saya perlu berusaha untuk menenangkan emosi saat menghadapi anak sebelum kita menegur mereka, sebelum kita memarahi mereka.
Dan saya pun penasaran dengan teman-teman, karena kejadian saya membentak dan marah sama anak-anak, saya mulai membuka diskusi dan survey di facebook. Saya berpikir, apakah cuma saya ibu yang punya ego seperti ini? Hasilnya saya capture :)
Saya tau itu hal yang salah, sebagai ibu, bisa dibilang saya selalu ingin kenyang teori, banyak artikel tentang parenting yang saya baca, seminar-seminar yang tiketnya ratusan ribu saya beli dan saya hadiri. Tapi tetap saja... menerapkan teori selalu lebih sulit. Saya masih tidak bisa meredakan emosi pada saat menghadapi perilaku abangsam dan Maraja yang menjengkelkan. Saya menegur anak bukan karena ingin meluruskan kesalahan, tetapi karena ingin meluapkan amarah dan kejengkelan. Namun saya juga berjanji, akan terus-menerus belajar meredakan emosi saat menghadapi anak, utamanya saat menghadapi perilaku mereka yang membuat ingin berteriak dan membelalak.
Sekali lagi, betapa pun sulit dan masih sering gagal, saya perlu berusaha untuk menenangkan emosi saat menghadapi anak sebelum kita menegur mereka, sebelum kita memarahi mereka.
Dan saya pun penasaran dengan teman-teman, karena kejadian saya membentak dan marah sama anak-anak, saya mulai membuka diskusi dan survey di facebook. Saya berpikir, apakah cuma saya ibu yang punya ego seperti ini? Hasilnya saya capture :)
Pengorbanannya bukan sebatas melahirkan, merawat, membesarkan, dan lain sebagainya. Tapi juga mengorbankan perasaannya.
Hari itu, saya datang ke rumah ummi, kuamati wajahnya, senyumannya, ingin rasanya memeluknya erat, dan mengadu kalau saya tidak sanggup menahan emosi menghadapi tingkah anak. Rasanya pengen meraung-raung juga di pangkuan ummi. Seketika ingatanku kembali ke jaman masa kecilku, saya lebih nakal dan lebih menjengkelkan waktu kecil dibanding anak-anak saya sekaramg. Tapi ummi tetap bisa membesarkan saya dengan sabar. Tidakkah ummi pernah mengeluh juga? Tidak! rasanya tidak, ya memang tidak, karena Ummi punya kepribadian kuat, dan saya mewarisinya. Yakin!
Semoga para Ibu di dunia sehat-sehat selalu dan senantiasa diberikan Rahmat dan kasih sayang oleh Allah SWT.
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
ALLOHUMMAGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WAR HAMHUMAA KAMA RABBAYAANII SHAGIIRAA
Artinya: “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku (Ibu dan Bapakku), sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.
Qiaahh..keren tulisannya pakai lampiran hasil survey juga..kece badai deh �� selamat hari IBU buat kita semua dan mama2 kita ����
ReplyDeletemakasih kak aalfuuu...
Deleteada kita sama auf hahah gak izinka ambil foto di fb ta tp biarmi deh hihihihihik
Nangis bacanya kk Qiah!!!
ReplyDeleteIbu klau kesel jg k sy, tp itu yg buat sy semangat krn doanya.
Selamat hari ibu untuk ibu2 d seluruh dunia,
hello maipaaa makasiiy udah visit blog ku
Deleteiyaaa ya maipa semarah apapun ibu kita pasti selalu doakan ki
aq jga masih sering marahin anak mbak qiah, abis itu langsung nyesel, sedih bnget T______T
ReplyDeleteiyaaaa mbak tetty ,.. hikss.. kejadiannya kadang terulang lagi malah ya huhu
Deletesemoga kita bs tetap kontrol emosi yaaa
Dan ini jadi referensiku ketika jadi ibu kelak ~ thanks for sharing kak qiah! Keren banget disisipin hasil survey ~ jadi banyak tau. Sekarang belajar aja dulu hahah
ReplyDeleteaaaaaah nunuuuu makasiiiy
Deletesemoga nunu disegerakan juga yaaaa
ada umminya yg bs dijadikan teladan hehe
masih ngandung anak pertama, tapi baca postingan kayak gini bisa jadi "bekal" untuk saya. Emang paling susah itu praktek daripada sekedar teori ya mom. Semoga kita semua bisa jadi anak dan ibu yang baik^_^
ReplyDeleteiyaa mbak susah menerapkan ke kejadiannya hihihi tp iya semoga qt bs jadi ibu yang terus didoakan , aamiin
DeleteAamiin.
ReplyDeleteBagus Qiah
Semoga kita selalu belajar untuk menjadi lebih baik
Makaaaaasih kak Niarrr
Deleteqt inspirasiku ehhehehe
Untuk kesekian kalinya menyadarkan saya akan pentingnya parenting education.. Thanks mba' udah share..
ReplyDeleteur welcome kak ^^
DeleteSemoga kemarahaan pada anak engga membekas, menjadikan anak itu jadi trauma...
ReplyDeleteThanks udah sharing artikel parenting ini
iyaaa semoga tiap ibu bisa mengontrol ya, dan tiap anak mengerti yg namanya soal ketegasan juga. terimakasih kembali sudah berkunjung
DeleteDehhh Ghaza saja sering mi sa tinggikan suaraku kalau jengkel ka >.<
ReplyDeletehhuhuhhuhu hiks.. iya dwi,. haruski sabar itu sampe umur 3-4 tahun anak2 baru bs menger hahaha
DeleteBerat memang jadi orang tua x)))
ReplyDeletedimarahi, anak ta..ndak dimarahi, emosi tongki
hahahahaha betul ..
Deletepilihan dan konsekuensinya
Sebenar nya orang tua mempunyai hak apa tidak sih untuk memarahi anak yang melakukan kesalahan ?
ReplyDeletebagus sekali tulisannya...saya sebagai seorang ibu yang memiliki anak masih kecil harus lebih bisa mengontrol emosi, karena kadang2 sy emosi dengan kelakukan anak yg tingkahnya aneh2
ReplyDeletetrimaksih ya mba atas sharingnya