Saya pernah nonton film jepang. Waktu saya masih SMA, Film remaja sih, saya lupa judulnya apa, tapi sampai sekarang saya masih ingat ceritanya. Ada seorang cowok anak SMA, anggap saja namanya Lee. dia anak sulung dari 5 bersaudara, adiknya masih kecil-kecil semua, di rumahnya yang kecil kumuh cuma ada ibu dan ke empat adiknya. Ayahnya masih hidup, tapi jarang pulang ke rumah, entah dimana mengembara. Lee menjadi tulang punggung keluarganya sekarang, pulang sekolah dia bekerja paruh waktu, malam tiba, dia pulang ke rumah hanya untuk membawa makanan, kemudian lanjut lagi perkejaan lainnya sampai dini hari, bangun pagi langsung ke sekolah. Begitu seterusnya.
Sampai suatu hari, dia menang undian gitu, dan mendapatkan hadiah rumah yang mewah, ada seorang teman kerjanya yang bisa membantu mengurus segala surat-surat sampai rumah itu sah menjadi miliknya. Rumah mewah itu bertempat jauh dari lokasi tempat tinggalnya dipinggiran, rumah mewah itu berada di tengah kota. Pindah lah mereka ke sana, sekolahnya juga pindah. Senang dong mereka, bahagia mereka akhirnya bisa memiliki rumah mewah, adik-adiknya bisa menikmati fasilitas kolam renang dan makanan yang banyak di dalam rumah itu. Melihat itu, Lee ini bahagia. Tapi tetap ada yang kurang...
Akhirnya dia bertekad mencari ayahnya, saat menemukan ayahnya, dia mendapati ayahnya sedang bermain musik di pinggir jalan. Lee mengajak ayahnya pulang. Ayahnya seorang musisi, dia menikahi ibu Lee saat usia muda dan melahirkan Lee serta adik-adiknya, kemudian pergi mengembara bermain musik. Kenapa? seperti ayah yang tidak bertanggung jawab ya...
"Ayah takut kalau ayah tidak mencari kebahagiaan ayah sendiri, ayah akan menyiksa Ibumu..."
Begitu kata ayahnya saat diajak pulang, dan ternyata... Ibunya Lee yang mengizinkan ayahnya untuk pergi mengembara dengan musiknya itu. Ayah Lee orang yang baik, dia juga terkadang pulang untuk menengok Ibunya Lee dan adik-adiknya, tapi tidak memperlihatkan diri dihadapan Lee karena takut Lee belum mengerti dan menganggap ayahnya, orang yang tidak bertanggung jawab. Ayahnya memang menunggu, menunggu sampai Lee paham... Apa itu Bahagia.
"Apa kamu bahagia Lee?" Tanya ayahnya
Terang saja Lee sebagai anak yang berbakti, menjawab "Iya ayah, aku sudah cukup bahagia melihat ibu dan adik-adik bahagia di sana, di rumah mewah itu..."
Ayahnya hanya tersenyum, dan berkata, "Lee... tanya kembali hatimu yang paling dalam, apakah kamu bahagia?" kemudian ayahnya berlalu pergi kembali. Lee termangu ditempatnya (scene di sini yang paling saya suka*)
Yup, hanya hal kecil yang bisa kita pikirkan yang membuat kita senang, kita sudah bisa defenisikan itulah bahagia. Dari film itu saya bisa menangkap kalau sebenarnya perasaan bahagia itu tidak begitu mudah di dapatkan.
Lee mungkin merasa bahagia akhirnya dia tidak perlu kerja keras lagi untuk memperaiki rumahnya di pinggiran kota, sekarang dia punya rumah mewah, mobil dan cukup uang tunai untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Dia sudah punya segala yang dulu dia inginkan untuk Ibu dan adik-adiknya.
Saya lanjut lagi ya cerita filmnya.
Lee jadinya berpikir untuk terus melakukan pertemuan rutin dengan ayahnya, saat mereka kembali ketemu, ayahnya kembali bertanya. "Apakah kamu bahagia Lee?" Kali ini Lee tidak langsung menjawab, seperti ada yang terserak di dadanya belum bisa dia ungkapkan. "Ayah..., bahagia itu apa?"
Yup itu pertanyaan pentingnya, semu orang mungkin bisa mencari kebahagiaan, tapi pertanyaan pentingnya adalah "Apa itu Bahagia?" sebagian orang mungkin bisa bilang bahagia itu kalo punya rumah gede, mobil keren dan uang jajan berlipat ganda, bisa kemana-mana dengan mudah, mendapatkan apa saja dengan mudah. Tapi apakah orang yang gak punya itu semua, tidak bahagia??
"Lee.. Ibu mu dan adik-adikmu senang di rumah itu, pernah kamu tanyakan mereka, apa mereka bahagia? Mereka senang belum tentu mereka bahagia. Dan kamu Lee, carilah bahagiamu sendiri."
Akhir certianya Lee dan keluarganya kembali ke rumah lamanya :D Bisa teman-teman pahami kan? kita senang, bukan berarti kita bahagia.
Semakin kesini, di usia saya yang sudah 29 tahun ini, saya jadi paham perbedaan senang-senang dan bahagia itu sendiri. Kadangkala kita hanya senang-senang tapi tidak benar-benar merasa bahagia di situ.
Ah ungkin saya terlalu berpikiran serius kali ini ya hehehe, defenisi bahagia itu banyak memang ya, boleh deh postingan #SannengTalks kali ini dijadikan threat buat membahas defenisi bahagia versi teman-teman masing-masing.
Jangan lupa baca juga tentang BAHAGIA versi
Lee mungkin merasa bahagia akhirnya dia tidak perlu kerja keras lagi untuk memperaiki rumahnya di pinggiran kota, sekarang dia punya rumah mewah, mobil dan cukup uang tunai untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Dia sudah punya segala yang dulu dia inginkan untuk Ibu dan adik-adiknya.
Saya lanjut lagi ya cerita filmnya.
Lee jadinya berpikir untuk terus melakukan pertemuan rutin dengan ayahnya, saat mereka kembali ketemu, ayahnya kembali bertanya. "Apakah kamu bahagia Lee?" Kali ini Lee tidak langsung menjawab, seperti ada yang terserak di dadanya belum bisa dia ungkapkan. "Ayah..., bahagia itu apa?"
Yup itu pertanyaan pentingnya, semu orang mungkin bisa mencari kebahagiaan, tapi pertanyaan pentingnya adalah "Apa itu Bahagia?" sebagian orang mungkin bisa bilang bahagia itu kalo punya rumah gede, mobil keren dan uang jajan berlipat ganda, bisa kemana-mana dengan mudah, mendapatkan apa saja dengan mudah. Tapi apakah orang yang gak punya itu semua, tidak bahagia??
"Lee.. Ibu mu dan adik-adikmu senang di rumah itu, pernah kamu tanyakan mereka, apa mereka bahagia? Mereka senang belum tentu mereka bahagia. Dan kamu Lee, carilah bahagiamu sendiri."
Akhir certianya Lee dan keluarganya kembali ke rumah lamanya :D Bisa teman-teman pahami kan? kita senang, bukan berarti kita bahagia.
Semakin kesini, di usia saya yang sudah 29 tahun ini, saya jadi paham perbedaan senang-senang dan bahagia itu sendiri. Kadangkala kita hanya senang-senang tapi tidak benar-benar merasa bahagia di situ.
Jangan lupa baca juga tentang BAHAGIA versi
kak Ery dan kak Awie
Ditunggu komentarnya ya teman-teman tentang BAHAGIA versi kalian, sampai jumpa di #SannengTalks berikutnya.
Pelem Jepang qo namanya Lee, eh salah fokus kan nama samaran ya wkwkwk. Btw bagus banget filmnya ini, deep and meaningfull banget kayaknya ya. Judulnya apaan Qiah? mauka cari di yutub.
ReplyDeleteHAHAHA itu dia mbak awie , saya cuma ingat inti ceritanya gak ingat banget sama film dan pemainnya ya taunya gitu dari jepang ahahahhaha.
DeleteBahagia itu relatif bagi siapa saja yang merasakannya...
ReplyDeleteSaya bahagia dengan ngeblog, Qiah juga kan? 😉
As always kak 😍 Saya setujuu skali kak er bilang bahagia itu soal rasa bukan keadaan !
DeleteAduh bikin merenung banget2 sik ini siang2.. Ketimbang mencari sendiri kebahagiaan bagaimana kalau cari yg bisa bahagiakan saja *eaaaa
ReplyDeleteAda saatnya memang tari hahahaahh ciao tarii semangaddss
DeleteBenerrr bgt. Bahagia itu tidak sesederhana itu. Terlalu banyak takarannya. So far buat saya bahagia itu gak punya utang
ReplyDeleteIyaaaaaa kan ? Gak sederhana :( bukan karena kurang bersyukur tp mmg seperti itu adanya.
DeleteYup jgn sampe credit2an utang2an bikin redup kebahagiaan hahaahhah
Betul banget Qiah. Senang belum tentu bahagia, tapi bahagia tentu akan membuat senang.
ReplyDeleteIyaaaaa kak inar 😉 Hal-hal dan Orang2 yg bikin kita senang juga blm tentu bikin bahagia #eh 😂 Makasih kk ☺️
DeleteSaya bahagia kalo bisa sharing dan ngumpul dengan orang2 positif. Salah satunya di komunitas Blogger Anging Mammiri itu sudah pas banget untuk menyalurkan hobi dan minat saya. :D
ReplyDeleteKak Qiah tulisannya inspiring banget :)
iya ketemu sama orang2 yg bisa nambah energi positif juga mmg membahagiakan ya yani ketimbang ketemu orang yg suka nyinyir hehehe
DeleteBahagia itu semua berawal dari diri kita masing-masing yaa mba
ReplyDeletebener mbak
Deletetergantung rasa yg kita hadapi hehe
maanya ada bilang bahagia kita ciptakan sendiri aja hehe
Bahagia itu cuma bisa dirasakan, mbak Qiah. Dan itu kita sendiri yang tahu. Belum tentu disaat kita merasa bahagia karena bisa menyeruput secangkir kopi di pagi hari, orang lain juga merasakan sama (mungkin dia lagi sariawan) :)
ReplyDeletenah betul juga itu mbak NOva ehhhehehe
Deletekita kadang cukup bahagia dengan satu hal
tp bagi oranglain belum tentu ya hihihi makasih mbak say
Beneraann.. Bahagia itu relatif.. Saya bahagia kalau hujan turun. Rasanya ademm, romantis, cucok untuk tidur :D. Tapi di sisi lain pasti ada yang ga bahagia karena cuciannya ga kering..
ReplyDeletehahahah ya betul begitu kak alfuuu :-*
DeleteKalau menurut aku, kebahagiaan itu kalau bisa meraih apa yang aku suka meskipun berbeda dengan orang lain :-)
ReplyDeletesetujuuuu..
Deleteterlebih lagi proses meraihnya itu juga kalo dikenang bs membahagiakan
buat saya bahagia tidak bisa didefinisikan, apalagi ditakar
ReplyDeletebahagia itu dirasakan, dan rasanya tiap orang pasti beda.
ada orang bahagia bisa naik mobil mewah ke mana-mana, saya sih bahagia cukup dengan naik Vespa tua dan tidak mogok hahaha
btw, orang Jepang koq namanya Lee? atau mungkin dia orang Korea yang pindah ke Jepang? #eh
sama hal nya di kalau saya lebih bahagia punya lensa daripada alat dapur dan alat masak lainnya hahhaahhaha..
Deleteitumi iyya kulupai memang mi itu film china, jepang atau korea wkwkwk
Bahagia itu sesimpel mengatakan 'ya, kamu benar' untuk menghindari debat yang gak penting. ^^ dan sesederhana sempat BW ke blog temen setiap harinya. hehe
ReplyDeleteAHHH betul tuhhhh mak
Deletedaripada debat melenyapkan kegembiraan yak..
hehehe BW ke blog teman selalu bawa pulang sesuatu :)
Wah tulisannya qiah keren2, yes betul banget bahagia itu bukan karena senang tp bahagia itu membuat hati dan fikiran benar2 nyaman dengan keadaan itu. Klo saya sih bahagia tinggal dikampung bisa makan enak bareng tetangga dibale2 rumah panggung walau makanannya hanya nasi angat,sayur bening & ikan kering eh ada raca-raca mangganya juga wkwkkwkwk
ReplyDeletehaloo kak fyraaaa syg heheh iyeee saya juga kalau lg di rumah ummi, bebas bangun jam berapa makanan sudah siap disantap hahahaha gak perlu masak , anak2 ku juga sudah dimandikan wow hahahah bahagiama . wkwk
Delete