Salam semua.
(MasyaAllah Tabarakallah)
Untuk para ibu muda yang usia anaknya masih dua tahunan, trus anaknya tantrum. Santai aja ~ jangan terlalu diangkat emosinya.
Saya alhamdulillah sudah melewai masa tantrum anak-anak di usia dua tahun kemarin. Dan itu benar-benar menguras energi dan emosi banget. rasa sabar yang ritmenya udah gak beraturan. Paling sedih deh kalau diingat-ingat betapa melelahkannya waktu itu kalau anak lagi tantrum. Selain lelah fisik, ya lelah hati juga.
Saya paling kesal sama suami (bawa-bawa suami! hahaha) kalau suami itu gak tau nenangin anak, dia sebagai ayah cuma bisa liatin aja anaknya kayak gitu. Saya jadi kesel, dan mikir, ini kenapa sih Ayahzam gak care banget sama anaknya? Tahan banget telinganya dengar rengkan dan tangisan anak sampai lama kayak gitu. Bujuk kek, apain kek gitu yang biasanya dilakukan ayah pada umumnya.
Tapi setelah mempelajari (ya lah belajar namanya kalau mau cari tau sesuatu*) baca-baca artikel dan sharing ke teman parenting lain. Anak tantrum itu memang harus didiamkan aja moms. Walahhh mana bisa saya! gak akan tahan mendiamkan anak nangis-nangis rengek berontak kayak gitu, yang ada kalau bukan bujuk, ya ngomel! HAHAHA.
Tantrumnya Abang dan dede Maraja hampir sama sih, antaralain tuh :
- Marah-marah
- Ngamuk-ngamuk
- Nangis-nangis lama
- banting barang kiri kanan
Bunda Juga Manusia
Maraja di usianya waktu dia masih satu tahu, dia suka nangis kalau malam abis isha, nangis kalau disuruh tidur, karena sudah jam tidurnya, dia lawan ngantuknya akhirnya dia nangis-nangis sampai tengah malam. Saya pusing dong tentunya, itu berlanjut lumayan lama, bersyukur saya tidak kena yang namanya post pantrum depretion! walaupun kadang saya pernah nyubit dia, ngancam dia supaya berhenti menangis, teriak, menggertak, pernah! saya lakukan karena tangisnya tidak kunjung mereda. Dan hampir tiap malam sampai dia berusia 2 tahunan. Bayangin.
Kalau saya ingat-ingat lagi, saya nangis, sedih melihat Maraja harus dapat sikap saya yang seperti itu ke dia, bukan juga khilaf, saya gak mau tidak ngaku, itu memang sengaja, spontanitas sebagai manusia. Tapi ya itulah tadi, emosi sudah labil, saya gak sabar hadapin tangisannya. Maafkan bunda ya Maraja :(((
Solusi yang waktu itu kami temukan adalah dengan ngebawa dia keliling-keliling kompleks naik mobil sampai dia tertidur. Jam 12 malam! udah biasa. Saya sendiri yang inisiatif bawa dia kayak gitu. Untuk beberapa waktu its work.
Tapi lama kelamaan dia kalau diajak naik ke mobil, mulai tambah berontak, dia pokoknya pengen main terus meskipun sudah jam 1 dini hari. Akhirnya kami biarkan, kami tidur, dia asyik main sendiri dalam kamar, dalam keadaan lampu dimatikan. Gak tau jam berapa dia tidur.
Intinya memang dibiarkan aja dulu.
Karena usia 1-2 tahun mereka belum bisa ngerti apa yang orangtuanya inginkan terhadap mereka. Merka cuma butuh di 'iyakan' dulu maunya sambil diarahkan.
Ada kalanya saya menyesali tindakan saya waktu itu, namanya naluri ya kerisihan hati pasti ada. Saat anak sudah pulas terlelap, saya suka nangis menatap mereka, menyesali satu persatu perbuatan saya seharian itu terhadap mereka, mengusap kepala mereka, menciumi keningnya, membacakan doa untuk mereka, memeluknya dalam lelap sambil terus bilang maaf ke mereka meskipun mereka gak dengar karena sudah nyenyak bobonya. Sembari berjanji gak akan mengulang sikap kasar saya lagi ke anak-anak.
Tapi ya,...
Besoknya, keulang lagi, dan seluruh tangis semalam, dan janji semalam
keulang diucapin lagi.
AHHAHAHAHAHA ~
Whos with me ?
Hal Yang Saya Lakukan Kalau Anak Tantrum :
Kalau kata Psikolog anak di Amerika, Edward R. Christophersen bilang, anak tantrum jangan dibiarkan, nanti kita bisa stress. Memang benar ya :D bersyukur saya gak stress karena dapat support suami, malam jadi maklampir, pagi jadi bidadari, HAHAHAHA, kalau pagi ya bawa anak jalan-jalan ke mall, beli mainan, main di kiddyland, makan kesukaan, shoping bunda juga, dan lain sebagainya. Sampai rumah, mulai deh, perlahan jadi mak lampir HAHAHAH.
Jadi ya gitu, suami saya mengerti bagaimana theraphy nya kalau abis ngadapin anak tantrum, kirim aja message "sabar sayang, besok bawa aja anak-anak jalan, skalian temaniki belanja..." Uh , spanneng turun lagi.
So, ya pengalaman aja nih ya saya share yang saya lakukan kalau anak saya tantrum awal :
- Jangan memarahi, karena justru bikin anak-anak ngulang apa yang dia perbuat. Anak-anak itu punya sifat senang kalau tau dapat respon dari orangtuanya, jadi kayak dia punya lawan gitu dalam pertarungan WKWKWK. Tapi kalau didiamkan saja, mereka juga gak akan berubah. Jadi saya sering duduk di samping anak, "Abang, masih mau nangis?" jelas nangisnya makin akan di gas! hhahahaha. tapi akan ada rima tangisnya yang mulai berubah, dari nangis marah ke nangis jabe (manja) nah saat suara tangisnya sudah berubah ke tangisan manja, baru saya bujukin dia, "Uh nak, anak bunda, sudah menangis kasian, uh nak.. peluk dulu, shshshs.." dengan suara bujukan sayang, sambil gendong dan usap punggungnya. Kalau sudah diam, baru deh saya kasih tau kalau perbuatannya tadi itu Bunda tidak suka, dan gak akan ada yang temanin main kalau suka nangis dan ngamuk. JANGAN BOSAN LAKUKAN ITU! percaya sama saya, ke depannya, itu berhasil!
- Sampaikan harapan kita secara jelas dan tegas, termasuk apa yang bisa ditolerir dan apa yang tidak. “Bunda senag liat Abang/Dede main-main, Bunda juga suka dengar suarata nak yang pelan, bicara baik-baik, bicara pintar, coba bunda mau dengar. . bagaimana suara baiknya abang/dede? ”
- Kalau situasi sudah Normal, bersikaplah seakan tidak ada yang terjadi tadi.
Itu deh 3 hal besar yang harus dikuasai, kalau bunda sudah kuasain itu, insyaAllah menghadapi tantrum ke dua gak susah lagi. Ya!
Karena akan ada yang namanya TANTRUM KE 2, alias TANTRUM MANIPULATIF. Di usia jelang 4 tahun dan 5 tahun.
Congratulation ! HAHAHA!
Jadi, tantrum jenis ini berbeda dengan tantrum awal tadi, Cara ini tuh seringnya digunakan anak untuk membuat orang dewasa di sekitarnya menuruti keinginannya.
Kebanyakan, tantrum ini muncul ketika mereka lagi dapat yang namanya penolakan. Lalu, mereka mulai meledak sampai orang tua atau orang dewasa akhirnya berubah pendiriannya.
Yang parah tantrumnya di usia ini tuh, Abang!
kalau tadi di usia 1-2 tahun kan si dedek, nah di usia 4-5 tahun ini uhhh Abang jagonya. Abang nih ya gak sering sengaja cari masalah kalau sudah mulai banyak orang-orang di sekitarnya, misalnya kalau ada hajatan di rumah, dia mulai minta sembarangan, minta jajan ini itu, minta diambilin ini itu, suka semena-mena, dan apa maunya harus segera dituruti, kalau tidak ya, menggelegar deh tangisan.
They are the boss !!! Akhirnya saya tau makna “boss kecil” saya sering kalah di moment ini, daripada dengar suara teriakan, mending iya-in aja maunya. Tapi karena sudah sering baca-baca artikel, mempelajari situasi, membaca emosi, akhirnya saya bisa MENANG dan TIDAKBOLEH KALAH saat melawan tantrum manipualtif mereka. Karena di usia ini mereka sudah bisa paham lebih jauh tentang sebab-akibat, dan kalau respon pikirannya sudah lebih cepat.
Merengek, menangis meraung-raung supaya keinginannya terpenuhi adalah gejala dari tantrum manipulatif pada anak. Pokoknya di fase ini jangan terus turutin maunya. Kita harus bisa segera koreksi perilakunya takurnya sih karena ini bukan fase perkembangan yang normal.
Klo mereka lagi tantrum akting, saya tinggalin ke kamar, bodo amat nangis aja deh sampe capek, sekali tidak tetap tidak (tentu ini penolakan demi kebaikan anak ya*) Saat mereka lelah nangis ya akhirnya mereka melunak dan bisa diajak bicara ~ its work! .
“Abang, Dede... tadi di mall ada baju cantik toh untuk Bunda. Bunda suka, awesome,”
Mereka akan bilang begini , "Kenapa ndak beliki baju cantik bunda??"
Saya pun langsung jawab, "Iya bunda tidak beli, banyak bajunya bunda di lemari, tuh... (sambil buka lemari) toh baju cantik banyak toh? jadi janganmi di' beli di mall."
Mereka bilang aja "Iye.." sambil lanjut main.
Tapi percaya deh, kalau sering diajak bicara kayak gitu, kedepannya mereka akan mengerti kalau keinginan itu beda dengan kebutuhan.
Cara-cara di atas bisa berhasil ya kalau emang kita konsisten dan kompak menerapkannya dengan anggota keluarga lain, seperti suami, nenek, kakek dan lainnya. ^^
Ada yg mau share pengalaman menghadapi tantrum is back nya anak2 ?? share dong di kolom komentar hehehe.
sampai jumpa di postingan berikut.
adikku dulu sering banget tantrum nih, bisa sampe triak2 dan jatuhin badan ke lantai gitu. wah, kalo gak sabar2 mah bisa mukul kali tuh nyokap. tapi saat adikku tantrum biasanya sih didiemin aja. sampe dia cape sendiri. meski kalo di tempat umum malu2in ya hehehhe tapi yaudahlah. yang ngerti kan keluarga, oranglain mau ngomong apa sebodo amatan
ReplyDeleteWaaaah, selamat ya Mbak Qiah uda melewati Teribble Two, mana dobel lagi ya dua anak hihihi.... Aku menjelang usia 2 tahunni Mbak Gayatri, aku catat tips dari Mbak Qiah, doakan semoga mulus dan lancar ya.... :)
ReplyDeleteHi Mba Qia, Memang ya setiap anak itu berbeda-beda, seingat aku, anak pertamaku tidak pernah tantrum, anaknya cenderung lebih kalem.. berbeda dengan anak kedua aku.. anaknya agak manja.. jadi kalo udah minta ya harus! biasanya marah-marah dan nagis sendiri hehe.. biasanya memang aku kasih pengertian, sambil peluk2 hingga nangisnya berhenti.. dan cara itu biasanya manjur, walaupun lama hehe
ReplyDeleteSamma jurus ta kalo hadapi anak tantrum. Didiamkan dulu, nanti kalo tantrumnya udah reda, baru deh diajak ngomonk. Tapi ya gitu, kadang Mami pun gak sabar, hehe..
ReplyDeleteFufufu, perjalananku masih panjang ni, anak balita semua, semoga disabarkan klo nanti memasuki masa tantrum anak2
ReplyDeleteanak ku lagi dalam fase ini kak qiah, dan bener2 menguji kesabaran. tips nya makasi banget kak, jadi self reminder kalo emang anak-anak ada massa nya, kitanya aja yang harus lebih sabar.
ReplyDeleteOalah, jadi ponakanku sedang mengalami tantrum manipulatif berarti akhir-akhir ini. Usianya 18 bulan, tapi ya gitu gejalanya. Suka marah-marah, ngamuk-ngamuk, nangis-nangis sampe guling-guling dan lempar-lempar barang kalau keinginannya enggak dituruti hahaha drama banget kayak yang teraniyaya, tapi kalau didiemin nangisnya udahan dengan sendirinya sih emang. Cara terbaik, tapi kadang suka enggak tega ngeliatnya mba.
ReplyDeletebener lho..tantrum usia 4 tahun itu manipulatif. Biasanya kalau mulai tantrum apalagi ditempat umum, malah justru saya tinggal eh si dianya malah gak jadi tantrum
ReplyDeleteAku belum punya pengalaman, hehe... Anak pertama baru mau lahir. Tapi udah sering ngamatin ponakan2 kecil. Tampaknya butuh stok kesabaran seluas samudera yah ngadepin anak tantrum, hehe... Noted deh sarannya :)
ReplyDeleteTantrum is like nightmare ga sih? Ini Shanum mulai tantrum, tapi ku coba pakai cara yang beda dibandingkan dengan masa Naeema dulu. Lebih pakai sistem tarik ulur kaya main layangan hehehe. Paling tidak kita kasih tau bahwa tantrum itu kamu marah ya? atau kamu ga suka ya? Biar anak belajar mengenali emosinya. Trus kalau udah ditanya gitu biasanya aku peluk sambil dikasih tau deh, harusnya ga perlu sampai begitu. Kadang ngerti kadang engga sih, ya namanya juga segalanya harus dilakukan secara konsistent, insyaallah nanti berhasil koq.
ReplyDeletedeh kak ponakanku klo tantrummi astagaaaaa langsungka emosi jiwa kurasa, biasanya klo nda di bati2 makin jd2 acece, jd biasa ngomel2 mami dbikin, tp klo sdh meki marah2 baru ki sede insaf dan kasian krn sdh dmarahi aapa lg klo persoalan dsuruh tdr siang aduh hahahahah
ReplyDeleteBermanfaat skli sahringnya ibu Qiah, walau blm punya anak tapi tips2 di atas bisa digunakan nntinya klw udah punya, hehe tq for sharing. .
ReplyDeleteKalau The Brondongs Blues waktu kecil gak pernah tantrum. Mereka nangis kalau berantem aja atau jatuh dan sakit. Anak tantrum memang butuh pengertian dan kesabaran double yang harus dimiliki ayah bundanya ya. Dan yang terpenting kedua orang tua harus selalu team up.
ReplyDeletekak izin share nah. Ada sppku toh anknya hampir 2 tahun seringnya obrak abrik barang barang dirumahnya. Btw duozam susahmi dibedakan mana kakak mana adek
ReplyDeleteSaya termasuk ayah yang membiarkan anak kalau tantrum. Biar saja sampai selesai.Yang penting sebagai orang tua konsisten dengan larangan yang di berikan. Menurut saya seeh kalau anak merasa dengan tantrum dia mendapatkan keinginannya maka cenderung dia akan mepergunakan terus cara tersebut.itu seeh kata ayahnya. beda mungkin sama mamanya hahahaa
ReplyDeleteDeh ternyata kak qiah bisa tong jadi mak lampir. haha. kubayangkannyami itu kak, yang selalu kuliat cantik feminim dan fashionable berubah seketika jadi 180 derajat. harus banyak belajar ini dari kak qiah soal anak, biar bisa jadi bekalku kak. hehe.
ReplyDeleteSeru sekali cerita tantrumnya duozam Qiah, sy sampai baca sampai habis sambil menghayati. Linkx saya kirimkan ke sepupuku yg punya dedek kecil. Biar dia paham juga dan berusaha menjadi ibu yang bijak.
ReplyDeleteBtw sy baru tau apa itu tantrum. Ternyata banyak sekali istilah parenting yg sy tdk paham padahal selama ini sy sayang banget sama anak2 disekitarku. Makasih sharex sygkuuu
Pengalaman seperti ini bakal jadi peninggalan menarik ketika mereka sudah besar. Ibu mereka menulis meski tidak mudah dalam kesehariannya. Posisi Ibu selalu istimewa.
ReplyDeleteMasya allah langsung merasakan bagaimana sulitnya jadi orang tua dan ibu lewat postingan ini kak. Saya juga punya adek kecil usia 5 tahun dan sering sekali tantrum akting, mau dicuekin tapi orang tua nda tega akhirnya selalu dituruti deh kemauannya. Tapi dengan begini saya punya pengalaman. Kalau nanti sudah berkeluarga mau menerapkan ilmu parenting yang saya pelajari termasuk di postingan ta ini kak. Makasih kak
ReplyDeleteSaya belum mengerti banget sebenarnya tantrum itu kayak gimana kak. Tapi gejalanya hampir sama dengan kemenakanku. Kadang teriak2 sendiri, dan baru tahu klo kita tuh harus sabar. Biasa saya marahi, tapi kedepannya setelah baca ini semoga bisa lebih sabar 😊
ReplyDeleteanak gadis jadi belajar banyak tentang tantrum heheeh
ReplyDeleteItulah kisah kasih dalam rumah tangga, menghadapi anak yang lagi tantrum.
ReplyDeleteTerus terang saya lupa, bagaimana cara saya menghadapi anak-anak saya saat mereka tantrum, karena Ayangbeb lebih banyak berperan.Beliau sabar sekali menghadapi anak-anak dan mamanya hehehe Mamanya juga suka tantrum heyuuu....
deh, salut sama Ayahzam yang bisa bersikap seperti itu. kalau saya jadi bapak mungkin ditipu terus ma sama anak-anakku.. ndak tega ka liat anak-anak menangis meski pun itu mungkin manipulatif.
ReplyDeleteSekarang pun kalau sudais ada yg dimaui trus ga dikasih dia udah bisa teriak2 tuh, solusinya? Kadang dicuekin aja 😌 tapi terkadang hati jg ga tahan dia nangis2.
ReplyDeleteKalau anak tantrum saya biarkan. Walau kadang tidak tega. Karena menurutku sekali dituruti maka dia akan menggap itu adalah jalan terenak agar keinginannya terpenuhi. Walau kadang kalo ada kakeknya kita yang di marahin hahhahaha
ReplyDeleteDi sinilah peran seorang ibu menenangkan anak trantum. .Salut dengan kakak yang tetap tenang menghadapi Si ganteng ketika lagi trantum..
ReplyDeletehebat memang kak qia yang merupakan ibu dari 2 anak lelakinya, apalagi anaknya trantum dan ditenangkan deh luar biasaki memang kak
ReplyDeleteBelum ada pengalaman ngatasi anak yang lagi tantrum sih hihihi, tapi sering liat kakak ipar kalau lagi bujuk bujuk anaknya yang lagi rewel, masyaAllah penuh perjuangan sekali. Semangat teruss yaa mommy duo zam... insyaAllah kesabarannya akan menjadi pahala..yang berlipat-lipat.
ReplyDeleteFadel pernah melalui masa-masa tantrum yang bikin mamaknya bingung harus gimana. Kalau sekarang, Fadel dramanya kalo pas lagi bete, dia ngambek dan nangis ndak mau ngomong apa-apa. Duh, jabenya hiks
ReplyDeleteKirana kenal tantrum justru waktu umurnya 4-5 tahunan. Waktu masih batita dia anak yang manis, hahaha. Untungnya sih dia nda pernah tantrum di tempat umum. Dan biasanya saya biarkan dulu sampai dia tenang. Kalau sudah tenang, baru diajak bicara baik-baik.
ReplyDeleteanakku pun saat ini lagi sering tantrum kak.. dibilang jangan, malah makin dilakukan.. aduh pusiiiiing.. memang harus lebih sabar ya kak menghadapinya, karena terasa sekali penyesalannya kalo si kecil menangis sedih setelah kita bentak atau marahin.. saya sekarang lg blajar bagaimana bisa mengajak anak untuk berkompromi..
ReplyDeleteHuhuhu saya lebih seringnya marah-marah. Kayaknya mode otomatisku gitu kalau lagi hadapi anak tantrum.
ReplyDeletePadahal di beberapa kesempatan, kalau sayanya lagi tenang, bisaji saya tenangkan si kecil yang tantrum tanpa harus keras dan marah-marah.
Hiks. Memang perlu belajar lagi sayanya :(
Saya belum sampai fase ini, tapi ini jadi catatan penting utk sy ke depan. saya pun membaca banyak artikel ttg ini, dan hampir sama dgn Kak qiah lakukan, sisa nanti ini bagaimana prakteknya
ReplyDeleteAlhamdulillah so far, revan jarang sekali tantrum. Sekalinya dia tantrum di rumah, "ok, ayo masuk kamar. Kita selesaikan" wkkwkwk.. lanjut di kamar, saya kunci pintu kamar dan saya liat2iji menangis. Nda tega juga. Tapi, senjata ku itu klo lagi nangiski " selesaikan mi menangisnya. Baru bunda cerita kenapa bunda marah". Smpai sekarang, klo dia nangis.. trus saya suruh brhenti nannmgis pasti dia jawab "saya masih mau menangis bunda, blumpi selesai menangisku" wkwk...
ReplyDeleteSalut sama Qiah yang terus belajar parenting termasuk banyak membaca artikel seputar tantrum. Eh baruka juga tahu istilah tantrum manipulatik. Waktu anak-anak masih kecil saya tahunya tantrum saja, itupun mengatasinya dengan baca-bacai doa di telinganya, hehehe jadulnya di
ReplyDeleteRidwan juga lagi fade tantrum manipulatif ki ini, hadeuhhh. Saya biasanya biarkanki sampe puas menangis, karena sudah itu datangmi ke Saya bilang Saya sudah tenang bunda. Baik, Mari Kita bicara :D
ReplyDelete